copas dari blogq di friendster dulu...tadi ada yang request..okelah...semoga memberi Anda ruang untuk selalu bersyukur :)

diambil bulan januri 2009...4 bulan setelah operasi tumor otak sukses. ferian yang memotret. ferian, adek, dan papa sedang menemani mama di rumah sakit betesda yogyakarta.










ditulis november 2008)
Tepat 2 bulan terhitung sejak bulan September aku menjalani hari indahku…

Sampai jumpa, Jogja! Ya. Bersemedi di Malang untuk penyembuhan. Semoga ALLAH anugrahkan nikmat kesembuhan seperti sedia kala. Amiin…

3 hari yang lalu. Ku buka notes kecil. Seperti biasa, aku beri judul ’latihan menulis’. Seperti anak kecil mungkin, tapi terkadang nostalgia menjadi anak kecil di umur seperti ini membuat kita tertawa, teringat betapa dahulu begitu berbahagia. ^^

Tapi bukan itu yang membuat terhenyak. Aku buka notes itu di bagian depan. Aku kenal tullisannya. Aku hafal runtutannya. Dan, ya, ini tulisan Mama. Catatan Mama sewaktu menungguiku di rumah sakit. Catatan Mama tentang apa yang di ingat tentang ceritaku. Dan ternya dia, Mamaku, mengingatnya. Karena mungkin dia juga merasakannya. Seorang Ibu yang merasakan sakit anaknya.
”Catatan ini Mama tulis biar nanti kamu ingat, kamu pernah ngalamin ini, Mbak. Biar kamu ingat sama ALLAH”, Mama bilang.


Buat temen – temen yang selama ini bertanya,”Ferian kenapa?”,
Yaah…Ini dari Mama untuk kalian…

Catatan kecil seorang Ibu…

Minggu, 7 September 2008 : terasa pusing di rumah embah, kembali ke kosan

Senin, 8 September 2008 : Kuliah tapi tidak kuat. Jam 09.00 pulang e kosan, tidur.

Selasa, 9 September 2008 : tidak kuliah. Cuma tidur di kos. (Masih puasa)

Rabu, 10 September 2008 : Jam 12.00 diantar ibu kos ke rumah sakit Betesda, telpun Mama. Jam 13.00 Mbak yuli dateng konsul dokter, katanya vertigo. Jam 14.00 pulang ke kos. 17.00 naik taxi ke rumah embah dianter kisna.

Jumat, 12 September 2008 : Belum ada perubahan, dik Yuli telpun Mama jam 14.00. Jam 17.00 dibawa ke Betesda (Mbak yuli, Mbah Rus, Mbah Nanik) opname ditunggu Mbak Yuli. Mama jam 20.00 berangkat dari Malang. CT Scan X-ray, bagus.

Senin, 15 September 2008 : rekam otak, bagus. Rekam jantung, bagus. Sek darah (virus negatif).

Selasa,16 September 2008 : Konsul dan foto THT.

Rabu, 17 September 2008 : Foto THT jadi, kesimpulan ada sinusitis. Tes Audiometrik ada gangguan keseimbangan di rumah siput. Sore jam 19.00 pulang dianter tante Wid.

Kamis, 18 September 2008 : dah di rumah embah, Mama pulang ke Malang.

Rabu, 24 September 2008 : kontrol di poliklinik syaraf (dr.kriswanto) dan poliklinik THT (dr.arin). Kemoterapi sinusitis. Berangkat dianter Mbah Rus sekalian ke kantor, pulang naik taxi sama dik Yuli.

Kamis, 25 September 2008 : habis shalat dhuhur, muntah.

Minggu, 28 september 2008 : Mama, papa, adek, dateng dari Malang.

Senin, 29 September 2008 : Terapi sinusitis di betesda, muntah di depan pintu UGD. Konsul ke THT diberi obat muntah dan mual.

Selasa, 30 September 2008 : terapi sinusitis lagi, di mobil muntah. Konsul ke dokter gigi, disarankan untuk bedah mulut. Konsul ke dokter mata, tebal min bertambah. Di rumah muntah terus.

Rabu, 1 Oktober 2008 : Hari raya, mbak yan di rumah sendiri tidak ikut shalat ied. Tak ikut ke Manisrenggo dan Matmajan. Sampai hari sabtu di rumah saja dan muntah terus.

Minggu, 5 Oktober 2008 : Minggu pagi ke Panti Rini Kalasan, di UGD diinfus 2 botol kelihatan segar, terus pulang jam 14.00.

Senin, 6 Oktober 2008 : Ke Tempel (Pak Jamhari), obat alternatif. Sore agak segar, bisa guyon dengan Hanum. Malam muntah lagi.

Selasa, 7 Oktober 2008 : Ke Tempel lagi, diobati 2 kali. Tak ada perubahan, muntah terus tak berhenti.

Rabu, 8 Oktober 2008 : Mulai Subuh muntah terus, sampai akhirnya sempat kejang beberapa detik. Langsung jam 06.30 dibawa ke Betesda. Masuk UGD dan ngamar lagi. Masuk ke Gardenia kamar 6. Jam 08.00 dokter kris datang dan intruksi CT Scan dengan kontras (MRI). Jam 12.00 hasil MRI jadi, dipanggil dokter sendirian ( Papa + dik Ari pergi ke UGM). Badan ini lemes, pikiran buntet, ada benjolan (tumor) di otak kecil dan bendungan air –hydrocephalus-. Dikonsul ke dokter bedah syaraf (Hendro Basuki). Jam 15.00 dokter Hendro dateng, kami konsultasi, keputusan harus operasi (operasi 1 memasang selang untuk membuang cairan, operasi 2 mengambil tumor). Dokter ke kamar melihat kondisi mbak yan dan memberi tahu bahwa besok operasi. Jam 16.00 muntah sampai kejang, gigit jari papa, tak masukin sendok dah ga bisa. Kamar dipindah ke nomer 1 dekat suster. Pasang oksigen, kateter dan tak boleh terima tamu, Lik Rus cari darah. Sepanjang detik demi detik kami berdoa, nungguin di tepi ranjang dengan membimbing doa.

Kamis, 9 Oktober 2008 : Persiapan operasi, jam 09.00 digundul. Jam 12.00 kami shalat dhuhur jamaah ters berdoa bersama menunggu panggilan ke ruang operasi. Tepat jam 13.00 berangkat ke ruang operasi, setelah berdoa bersama jam 13.15 masuk ruang operasi. Kami semua nunggu di luar dengan tak henti – hentinya membaca doa. Jam 15.30 keluar ruang operasi sudah sadar, kami dipanggil dokter dijelaskan operasi sudah selesai. Annisa dan ibunya datang dari pagi nunggu operasi, bliin minum dan kue untuk yang nungguin operasi. Langsung menuju kamar gardenia 1. Infus habis ganti tranfusi satu ampul. Pusing dan mual sudah hilang.

Jumat, 10 Oktober 2008 : Setelah makan pagi, mual, muntah. CT Scan lagi untuk ngecek selang, hasilnya tidak ada yang tersumbat.

Sabtu, 11 Oktober 2008 : masih tetep mual, makan sedikit – sedikit. Dokter kris luar kota diganti dokter Rinson.

Minggu, 12 Oktober 2008 : ga pusing, tetep mual. Habis makan pagi dan siang muntah. Habis suntik, infus macet. Dokter rinson datang lagi, intruksi CT Scan lagi. Pasang infus ga bisa, dah ditangani 3 perawat, baru bisa jam 21.00.


Senin, 13 Oktober 2008
: dokter kris datang, masih tetap mual gag bisa makan. Jam 20.00 dokter hendro datang, memberi tahu besok operasi jam 15.00 (pengambilan tumor). Cari darah 2 ampul (lagi – lagi telpun lik Rus dan Mas Yanto).

Selasa, 14 Oktober 2008 : Persiapan operasi besar untuk mengambil tumor. Jam 09.00 digundul lagi, puasa mulai jam 08.00. Mas Bayu bawa 3 teman untuk donor. Pakde dan budhe munaji datang dari Malang Cuma bisa nemuin bentar karena harus bimbing Mbak Rian nyiapin operasi, kondisi tak stabil. Mas Bayu + 3 temannya + Mas Ari ke PMI untuk donor sambil anter pakde bude munaji ke Terminal. Jam 14.00 darah siap, persiapan yang lain udah siap. Mama beres-beres barang karena setelah operasi pindah ke ICU. Jam 15.15 berangkat ke ruang operasi. Setelah berdoa bersama, jam 15.30 masuk ruang operasi (mama, papa, nganter sampe ruang dalam), setelah mbak rian shalat 2 rakaat dan kami berdoa, kemudian kami keluar ruangan. Selama menunggu operasi, masing – masing orang berdoa dan membaca Al-Qur’an. Pakde bude, paklek bulek, adik adik, mbak, terus berdatangan ikut menunggu operasi dan memberi dukungan pada kami. Sampai maghrib tiba, kami bergantian shalat. Baru saja kami selesai shalat, kami dipanggil dokter. Operasi sudah selesai, kami cuma bisa melihat Mbak Rian dibawa keluar ruang operasi menuju ruang ICU. Terbaring belum sadar, terlihat ada selang darah di bawah kepalanya. Mama papa masuk ruang dokter dengan pikiran penuh tanda tanya hati ga karuan rasanya. Setelah mendengar penjelasan dokter, kami berdua merasakan lega, Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar, sungguh ALLAH Maha Kuasa, Maha Perkasa. Dokter merasa puas dengan keberhasilan operasi, tapi masih ada ujian lagi bahwa masih ada kemungkinan syaraf yang tak berfungsi karena pembedahan dilakukan di otak. Kami diperlihatkan tumor yang sudah diambil, sebesar telur ayam, ½ dibotol, ½ diplastik kalau kami mau bawa pulang, akhirnya kami sepakat untuk menyerahkannya untuk keperluan penelitian rumah sakit. Kami dipanggil di ruang ICU, intinya diterangkan bahwa pasien harus masuk ICU dulu supaya steril dan dipantau perkembangannya sampai normal. Semalaman kami menunggu di luar ICU dengan hati was – was, cemas, perasaan tak menentu karena tak bisa melihat keadaan mbak yan ditambah mendengar bunyi alat perekam detak jantung dari luar yang membuat hati kami tambah miris.

Rabu, 15 Oktober 2008 : Jam 06.00 kami dipanggil petugas ICU, lagi lagi hati kami cemas penuh tanda tanya. Syukur Alhamdulillah, perawat ICU minta ijin pada kami untuk membawa tumor ke laboratorium dan mengabarkan bahwa mbak yan sudah siuman dan perkembangannya bagus. Terima kasih ya ALLAH, telah Engkau kirimkan tim dokter dan tim medis untuk meyelamatkan anak kami dan kami mohon ya ALLAH berikanlah petunjuk dan bimbinganMu kepada dokter dan perawat yang merawat anak kami agar mereka selalu bekerja dengan bimbinganMu. Jam 10.00 korden jendela ICU dibuka (waktunya jam besuk), spontan kami lari menuju jendela. Hati kami lega setelah melihat mbak yan sudah siuman, sudah mengangkat kakinya, tangannya, mainan selang oksigen. Baru kami merasakan sedikit lega, tiba – tiba dikejutkan lagi dengan selang infus yang berhenti. Papa lapor suster, diperbaiki nggak bisa akhirnya dilepas, setelah jam 12.00 waktu besuk habis, jendela ditutup lagi. Setelah beberapa waktu kami melihat ke dalam korden yang tidak rapat, infus sudah terpasang lagi (kami membayangkan berapa kali anakku ditusuk – tusuk jarum untuk mencari venanya). Jam 13.00 rombongan jamaah ibu – ibu Al-Manar datang, Alhamdulillah perawat mau membuka jendela walaupun cuma sebentar. Setelah shalat ashar, kami dipanggil petugas ICU lagi, memberitahukan bahwa dokter anestesi yang mengawasi perkembangan selama di ICU sudah merekomendasi untuk pindah ke ruangan. Jam 17.00 pindah ke ruang gardenia 3, tapi tertutup untuk tamu – tamu. Cuma papa dan mama yang boleh di dalam, semua tamu hanya boleh melihat dari kaca pintu dan jendela.


Hyak! Selesai pada tanggal 15 Oktober 2008. Setelah operasi kedua. Aku keluar dari rumah sakit pada tanggal 27 Oktober 2008. Masih banyak cerita menumpuk setelah itu. Mungkin catatan Mama terhenti sampai disini. Terlalu banyak cerita dan terlalu penuh kepala Mama untuk sekedar menulis.


Membaca catatan kecil mama, aku hanya bisa menangis. Sambil mama tidur di sebelahku, aku menatapnya. Bersyukur. Berdoa.


”Ya ALLAH…Sungguh Engkau Maha Baik. Kau kirimkan orangtua seperti Mama, seperti Papa. Yang berkorban banyak untukku. Tangis, lelah, pikiran, uang, pekerjaan, cinta, dan apapun itu. Sayangilah mereka berdua Ya ALLAH. Sayangi mereka melebihi cinta mereka kepadaku. Sayangi mereka berdua melebihi apa yang mereka beri kepadaku. Sayangi mereka Ya ALLAH atas begitu besarnya ujian yang mereka hadapi. Terimalah amal ibadah mereka Ya ALLAH. Terimalah doa mereka. Terimalah jeritan mereka atas teriakan batin mereka kepadaMu. Hanya padaMu Ya ALLAH. Hanya kepadaMu mereka menyembah dan bersujud. Amiin…”



Aku hanya seorang anak yang bisa meng’aduh’. Kemudian Mama Papa datang mengajariku banyak hal tentang apa arti tulus, sabar, ikhlas, pasrah, dan berserah.
”Mamah…Papah… Aku disini berdoa dan tersenyum untuk kalian. Dan bahwa semangat ini tumbuh karena kalian… Terima kasih Mah, Pah…”